MENJADI ORANG YANG BENAR


“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. ( QS. Al-Ahzab (33) : 23 )

Sobat. Mari disisa umur yang Allah berikan, kita berusaha sekuat tenaga memenuhi panggilan Allah dan seruan kebaikan di antara titik kelahiran dan titik kematian untuk terus istiqomah memberikan prestasi terbaik yang menjadikan Allah ridho, layak mencintai, dan menolong kita.

Proses menjadi orang yang Benar (Shodiq ) dalam kitab Tazkiyatun Nafs karya Sa’id Hawa :
1. Shidqun Niyah : Benar dalam niat. Benar dalam mengikhlaskan diri. Benar dalam menatap lurus ke depan tanpa memedulikan pujian kanan dan celaan kiri. Benar dalam kejujuran pada Allah. Benar dalam persangkaan pada Allah. Benar dalam meneguhkan hati.

2. Shidqul ‘Azm : Benar dalam tekad. Benar dalam keberanian-keberanian. Benar dalam janji-janji pada Allah dan dirinya. Benar dalam memancang target-target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam memotivasi dan mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memantapkan jiwa.

3. Shidqul Iltizam : Benar dalam komitmen. Benar dalam menetapi rencana-rencana. Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalam memegang teguh nilai-nilai. Benar dalam bersabar atas ujian dan gangguan. Benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam mengistiqomahkan dzikir, pikiran, dan Ikhtiar.

4. Shidqul ‘Amal : Benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan segalanya tanpa menabrak pagar-pagar Illahi. Benar dalam cara dan metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak anggota badan.

Sobat. Kita yang sudah menikah perlu merenung. Jika pun dulu ada niat yang bertitik hitam, ada prasangka terhadap kebesaran Allah, ada ketidakjujuran pada-Nya dan pada manusia, masih ada waktu untuk beristighfar, bertobat, dan memperbarui niat. Perbaiki dengan mengubah apa-apa yang ada dalam jiwa kita, insya Allah akan memahatkan makna dan mengalirkan darah baru bagi keberkahan rumah tangga kita.

Sobat. Bagi yang belum nikah, ayo jadikan pernikahan sebagai perbaikan diri terus-menerus. Saya tegaskan bahwa sesudah kebenaran dan kejujuran, gejala awal dari barokah adalah mempermudah proses dan tidak mempersulit diri, apalagi mempersulit orang lain. Sudah berani melangkah sekarang bro? Apakah anda masih perlu jaminan lagi? Baik, Allah akan memberikannya bahkan Allah akan menggaransinya :
“ Ada tiga golongan yang wajib bagi Allah menolong mereka. Pertama, budak mukatab yang ingin melunasi dirinya agar bisa merdeka. Kedua, orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya dari maksiat. Dan ketiga, para mujahid di jalan Allah.”
( HR.Tirmidzi Nasa’i dan Ibnu Majah )

Sobat. Menikah itu membuka pintu rezeki. Jadi logikanya rezeki kita itu sudah ada, sudah pasti sekian-kian. Kita diberi pilihan-pilihan oleh Allah untuk mengambilnya dari jalan mana pun, tetapi bisa terhalang oleh beberapa hal misalnya malas, gengsi, dan maksiat. Kata Umar bin Khaththab, pemuda yang tidak berkeinginan segera menikah itu kemungkinannya dua. Kalau tidak banyak maksiatnya, pasti diragukan kejantanannya. Nah, kebanyakan Insya Allah jantan, cuma banyak maksiat. Ini saja sudah menghalangi rezeki, belum lagi gengsi dan pilih-pilih pekerjaan yang kita alami sebelum menikah. Malu, gengsi, pilih-pilih.

Sobat. Ayo kita perbanyak Istighfar dan segeralah menikah bagi yang belum, Insya Allah barokah. Sekali lagi saya tegaskan sobat, gejala awal dari barokahnya sebuah pernikahan adalah kejujuran ruh, terjaganya proses dalam bingkai syariat, dan memudahkan diri.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa !