APA MASALAH BESAR DALAM KELUARGA?
By. Satria Hadi Lubis
Keluarga
bahagia adalah keluarga yang sibuknya menyelesaikan masalah besar,
bukan masalah kecil. Masalah besar dalam rumah tangga muslim adalah
tegak atau tidaknya Tauhid di dalam rumah tangga. Tegak atau tidaknya
rukun Islam dan dakwah di dalam rumah tangga tsb. Sehingga sebagian
besar sumber daya anggota keluarga dicurahkan untuk hal tsb, bukan yang
lainnya. Itulah keluarga Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Walau
rumahnya kecil dan sederhana, dengan bangga beliau berkata, "baiti
jannatii" (rumahku surgaku) karena di rumahnya tegak Tauhid.
Amirul
Mukminin Umar bin Khatab ra pernah marah kepada sahabatnya yg minta
cerai hanya gara-gara tidak lagi mencintai pasangannya. Karena bagi Umar
itu masalah kecil. Yang besar itu masalah TAUHID. Ketika Rasulullah saw
pulang dan di rumahnya tidak ada makanan, beliau dgn mudah memaafkan
istrinya. Karena bagi Rasulullah yang besar itu masalah TAUHID. Ketika
Rasulullah saw pulang malam dan tidak dibukakan pintu setelah memberi
salam tiga kali dengan ringan beliau tidur di halaman rumahnya.
Rasulullah saw tidak marah karena bagi beliau itu masalah kecil. Yang
besar bagi beliau dalam rumah tangga itu masalah TAUHID. Ketika nabi
Yaqub as sakaratul maut, yang dikuatirkan untuk anak-anaknya bukan
masalah materi, tapi masalah tauhid. “Adakah kamu hadir ketika Yakub
kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak,
(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Qs.
2 : 133). Karena bagi Nabi Yaqub as yang besar itu masalah TAUHID,
bukan yg lainnya.
Ciri
lainnya dari keluarga yang sibuk dengan masalah kecil adalah mereka
lebih sibuk mencari uang atau aktualisasi keduniaan lainnya daripada
aktivitas dakwah dan ibadah. Sedih dan bahagianya keluarga bukan karena
tegak atau tidaknya Tauhid, tapi karena kenikmatan dunia. Pikiran,
waktu, tenaga, dan perasaan anggota keluarga habis tercurah untuk
berbagai pernik-pernik dunia. Momen-momen bahagia menurut keluarga
tersebut adalah momen rekreasi atau berbangga dengan materi serta status
sosial. Bukan momen ibadah dan dakwah yang mereka lakukan.
Pada
saat ini kita melihat tingkat perceraian meningkat dimana-mana. Setiap
satu jam rata2 ada 40 perceraian terjadi di Indonesia. Ya...Indonesia
termasuk negara yg tingkat perceraiannya tertinggi di dunia. Padahal
Islam, yg dipeluk sebagian besar penduduk Indonesia, mempermudah
pernikahan dan mempersulit perceraian. Ini malah yg terjadi sebaliknya.
Di Indonesia, pernikahan semakin ribet dan perceraian semakin mudah
dilakukan oleh pasangan suami isteri.
Yang
memprihatinkan, sebagian besar perceraian saat ini disebabkan
masalah-masalah kecil yang tak ada hubungannya dengan Tauhid. Misalnya,
bercerai karena masalah ekonomi/nafkah, karakter, cara komunikasi,
kebutuhan biologis, dan lain-lain. Yang semestinya bisa diselesaikan dgn
komunikasi yg baik antar suami isteri.
Padahal
semestinya suami isteri jangan bercerai karena masalah kecil.
Bercerailah karena masalah besar, yakni Tauhid tumbang di dalam keluarga
tsb. Yakni, ketika Rukun Islam tidak dijalankan dan diabaikan.
Misalnya, pasangannya beda agama, tidak sholat, atau tidak puasa wajib.
Rumah tangga tanpa Tauhid sebaiknya dibubarkan saja karena sudah tdk
bisa membawa penghuninya ke surga bersama-sama. Bukankah menikah itu
untuk dibawa ke dunia dan akhirat? Bukan semata-mata karena cinta buta?
Suami
isteri yg bercerai karena masalah-masalah kecil selain Tauhid
menunjukkan ketidakdewasaan emosi. Juga menunjukkan kesalahan prioritas
dalam meraih kebahagiaan. Mestinya tegakkan Tauhid dulu dalam rumah
tangga maka nanti masalah kecil yg lainnya akan selesai. Bukan
sebaliknya, sibuk dgn hal-hal kecil selain Tauhid sehingga membuang
energi dan waktu. Sedang bahagia menjadi semakin jauh. Pantas jika
keluarga-keluarga muslim demikian diam-diam mengakui bahwa keluarganya
adalah baiti naarii (keluargaku nerakaku), bukan baiti jannati.
Lalu
gimana kalau pasangannya berkali-kali selingkuh dan melakukan KDRT? Ini
termasuk masalah Tauhid juga. Masalah dosa besar, sehingga boleh
bercerai. Namun jika alasan2 lainnya maka termasuk masalah kecil yg
kurang layak suami isteri untuk bercerai. Walau bukan berarti haram
hukumnya.
Oleh sebab itu,
mari kita menjadi suami dan isteri yang tahu skala prioritas. Tidak
meributkan masalah kecil dalam rumah tangga. Bersedia bersabar dan
berkorban perasaan atas kekurangan pasangan. Toleransi terhadap
kesalahan yang tidak prinsip. Sebab no body perfect. Jika mindset ini yg
kita pegang, selain membuat rumah tangga kita langgeng karena tidak
meributkan masalah-masalah kecil, juga mengurangi beban mental kita.
Tidak sedikit-sedikit stress atau sakit hati akibat melihat kekurangan
pasangan.
Sebab berumah
tangga adalah kesabaran (yang berlipat ganda). Sebab kebahagiaan hanya
didapat oleh orang-orang yang mampu bersabar.