KENAPA HARUS MONDOK

Anak Pondok
Seringkali walisantri “gamang” saat ingin menyekolahkan anak-anaknya di pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
1. faktor biaya.
2. hasil/output yang dihasilkan.
 3. karena faktor anak dan atau orang tua itu sendiri.

Dalam catatan harian saya kali ini, saya akan berusaha untuk mengurainya.

1. faktor biaya. Biaya seringkali menjadi kendala utama. Seringkali orang tua membandingkan biaya apabila anak dipondokkan dengan tidak dipondokkan (setiap selesai sekolah pulang ke rumah). Padahal kalau kita memikirkan secara mendalam, maka kita akan mendapati bahwa :

Biaya, terutama biaya makan. Sesungguhnya terkait biaya makan anak-anak ketika kita pondokkan, sebenarnya hanya memindahkan biaya makan saja yang biasanya dikelola oleh orang tua masing-masing kemudian dikelola oleh pondok.
Biaya transport. Saat anak-anak harus sekolah di luar (apalagi di kota), maka orang tua akan mengeluarkan biaya transportasi. Belum lagi waktu yang kita curahkan apabila harus antar jemput anak-anak kita.
Ilmu yang didapatkan. Tentu akan sangat berbeda anak-anak yang disekolahkan di sekolah yang setiap hari pulang dengan anak yang dipondokkan. Anak-anak akan mendapatkan ilmu keagamaan, praktek ibadah, dan bermasyarakat yang lebih banyak dan berkualitas
Pergaulan yang relatif lebih aman karena anak-anak bergaul dalam lingkungan lebih kondusif sesuai ajaran islam, dibanding pergaulan di luar yang cenderung bebas yang berakibat pada terjadinya kenakalan remaja.
Pembinaan yang lebih terkontrol untuk membentuk anak-anak memiliki syakhsiyah islamiyah yang bagus, baik dari sisi aqliyah islamiyah (pola pikir islami) ataupun nafsiyah (pola sikap islami).

2. hasil/output yang dihasilkan. Banyak anggapan bahwa ketika anak-anak disekolahkan di pondok, maka ilmu yang didapatkan hanyalah sekedar ilmu agama. Pondok Pesantren  tidak hanya menyiapkan anak-anak untuk menjadi para ulama saja, namun juga diarahkan untuk memiliki berbagai keahlian sehingga lulusan pondok pesantren bisa terjun di berbagai kancah kehidupan. Disinilah justru menjadi tantangan berat bagi sebuah pondok pesantren. Alumni pondok pesantren yang menguasai tsaqofah Islam bahkan hafal 30 juz Al-Qur’an, tetapi menjadi teknokrat, saintis, dokter, politikus, farmakologis, perawat, radiografer, peneliti, pengusaha, dan bidang-bidang lainnya. Tentu disamping juga sebagian dari mereka menjadi para ulama’. Menjawab tantangan dan perkembangan zaman tersebut, Pondok Pesantren memberikan keleluasaan bagi anak-anak untuk memilih sesuai dengan passionnya dengan mewadahi anak-anak untuk masuk dalam tiga jurusan yang disiapkan, yakni The Winner, mengantarkan anak-anak untuk menjadi sang juara dan pemimpin. Moslem Schoolar, membantu mengantarkan anak-anak untuk menjadi ulama. Tidak cukup di situ, Pondok Pesantren Baron juga memfasilitasi anak-anak untuk melanjutkan study di luar negeri, tepatnya di Mesir baik melalui jalur Ma’had ataupun Kemenag. Entrepreneur, juga kita siapkan bagi anak-anak yang mempunyai talenta untuk menjadi pengusaha.

Untuk mewujudkan semua impian ini, Pondok Pesantren Baron merealisasikannya dalam langkah riil berupa pembentukan penjurusan yang dikelola oleh Kepala Sekolah Kreatif Penjurusan yang kedudukannya setara dengan para kepala sekolah pada umumnya.

Tidak hanya disitu, Pondok Pesantren Baron juga menyiapkan sekolah dengan pilihan program Reguler (menyeimbangkan pelajaran umum dan pelajaran pesantren), Ma’had Dirosah Islamiyah (memberikan titik tekan pada penguasaan tsaqofah islamiyah), dan Villa Qur’an sebuah program Tahfidz Al-Qur’an yang insya Allah memfasilitasi anak-anak agar bisa menghafal 30 Juz Al-Qur’an.

Untuk pilihan program ini khusus Pondok Pesantren Baron Pusat  sudah menyiapkan semua programnya, sedangkan untuk cabang tentatif sesuai dengan jumlah murid yang mendaftarkan dan dinyatakan lulus.

3. karena faktor anak dan atau orang tua. Seringkali belum singkron antara keinginan orang tua dan anak-anak. Prinsipnya bila anak-anak yang tidak siap ke pondok, maka tidak boleh dipaksa. Tetapi orang tua bisa memberikan arahan dan motivasi. Bila orang tua yang tidak mempunyai keinginan sementara anak memiliki semangat dan sekolah di pondok pesantren, catatan di atas semoga bisa menjadi pertimbangan.